ABSTRAK


Setelah Gunung Kelud meletus pada 13 Februari 2014 Patung Lembu Suro ramai dikunjungi wisatawan. Kebanyakan wisatawan datang karena tertarik dengan mitos yang beredar di masyarakat mengenai kemunculan patung tersebut. Sekitar tiga bulan tempat ini ramai, kemudian tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung. Jika digali lebih dalam, hal ini disebabkan oleh pengelolaan yang kurang baik dan tidak adanya inovasi untuk menggali potensi yang ada di sekitar Patung Lembu Suro. Maka dari itu, penulis melakukan kajian untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Wisata Lembu Suro untuk prospek wisata di Kabupaten Blitar.
      Pengelolaan berarti proses, cara, perbuatan pengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam M Munadhiroh, 2013). Menururt Paul R. Krugman (2003:121) menyatakan bahwa “Prospek adalah peluang yang terjadi karena adanya usaha seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk mendapatkan profit atau keuntungan”.
Penelitian untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan Wisata  Lembu Suro untuk prospek wisata di Kabupaten Blitar dilakukan di kawasan perhutani Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, dan penyebaran angket dilakukan pada 30 siswa SMAN 1 Talun. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, studi literatur, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik deskripsi kualitatif, yaitu teknik olah data yang diperoleh dari hasil observasi, studi literasi, wawancara ataupun dokumentasi berupa kata-kata atau informasi kemudian dijelaskan secara terperinci lalu ditarik sebuah kesimpulan.
Berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat, Patung Lembu Suro di wilayah perhutani Kecamatan Gandusari muncul bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud pada 13 Februari 2014. Cerita tersebut tidak benar, karena kedua patung tersebut sudah ada sejak bulan Januari tahun 1993 dan dibangun oleh beberapa petugas perhutani untuk menyambut kedatangan Menteri Kehutanan dan Perkebunan yang bermaksud meninjau keadaan penghijauan di wilayah perhutani Kecamatan Gandusari. Cara pengelolaan untuk pengembangam Wisata Lembusuro dapat dilakukan dengan menerapkan konsep “Trio Faster”. Trio Faster merupakan akronim dari three lanes, outbound area, facilities and infrastructures repairing, internet promotion. Kepanjangan akronim ini dalam Bahasa Indonesia berarti, tiga jalur, wahana permainan/outbound, perbaikan sarana dan prasarana, promosi internet. Kesimpulan yang dapat diambil adalah cara pengelolaan Wisata Lembusuro untuk prospek wisata di Kabupaten Blitar dapat dilakukan dengan menerapkan konsep Trio Faster. Penulis memberikan saran bahwa untuk mengelola dan mengembangkan pariwisata diharapkan adanya sebuah kerja sama terpadu antara masyarakat, pengusaha pariwisata, dan pemerintah.

Kata Kunci: Pengelolaan, Wisata Lembu Suro, Prospek, Trio Faster.

Makalah Lengkap Bisa dilihat/download disini:
BAGIAN AWAL
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAGIAN AKHIR

0 komentar: