Candi Sawentar : Serpihan Kecil Majapahit
“Blitar
kutho cilik kang kawentar, edi peni Gunung Kelud sing ngayomi.. Blitar nyimpen
layone Sang Nata, Majapahit ana Candi Penataran.” Itulah penggalan syair
lagu Blitar, yap, yang disebutkan adalah Candi Penataran. Lalu kenapa admin
buat judul artikel “Candi Sawentar : Serpihan Kecil Majapahit”? Alasannya
adalah karena kedua candi tersebut sama-sama berada di Kabupaten Blitar,
alirannya Hindu, dan sama-sama peninggalan Kerajaan Majapahit. Wah, banyak sekali,
ya, ternyata peninggalan Kerajaaan Majapahit itu.
Ada yang tahu dimana letak Candi
Sawentar? Kecamatan Talun? Garum? Sutojayan? Bukan, sobat. Letaknya pastinya di
Desa Sawentar, dong. Ya, kan? Ya,
kan? Sedangkan secara administrasi terletak di RT 02 RW 07 Desa Sawentar
Kecamatan Kanigoro, Blitar. Kalau Anda suka berwisata sejarah, wajib berkunjung
ke candi ini.
Berukuran panjang 9,5 meter dengan
lebar 6,8 meter dan tingginya 10,5 meter
candi peninggalan Majapahit ini terlihat kokoh. Berdiri diatas tanah seluas
1565 m2, di bagian samping dilengkapi dengan pos jaga berukuran 3,5
meter x 3,5 meter. Kesan pertama yang didapat setelah melihat candi adalah “megah”.
Saat kami berkunjung pada Hari Minggu tanggal 9 Agustus 2015 tempat itu
terlihat sepi dan pagarnya digembok. Sebenarnya sih kalau Hari Minggu memang tutup. (Hehehe). Kemudian kami mencoba
mencari tahu informasi tentang candi, sasaran awal yang juga menarik perhatian
kami adalah dua orang pekerja di sebelah barat bangunan bersejarah ini.
“Ngapunten,
Pak. Badhe nderek tanglet”, satu kalimat pembuka yang kami ucapkan saat
menemui mereka. Ternyata mereka adalah pekerja yang bertugas membangun taman di
area candi. Menurut beliau pembangunan taman sama sekali tidak berhubungan
dengan pengelola candi karena yang bertanjung jawab adalah PNPM setempat.
Rencananya taman tersebut dibuat sederhana mengingat keterbatasan dana.
“Sing
penting enek lungguhane, Dek. Karo beberapa kembang. Bene wong-wong lungguh
neng kene karo ndelok candi. Engko neng kono enek lungguhane rencanane,”
sambil menunjuk tempat yang dimaksud.
Ketika kami mulai bertanya mengenai
sejarah candi, beliau justru menunjukkan dimana rumah Sang Juru Kunci, dan
alangkah terkejutnya kami ketika mengetahui bahwa juru kuncinya adalah seorang
perempuan. Berdasarkan pengalaman kami saat observasi, juru kunci selalu
laki-laki. Wah, keren, deh, pokoknya.
Salut buat Ibu Punawati, juru kunci
Candi Sawentar. Menurut juru kunci yang bekerja sejak tahun 2009 ini sebenarnya
ada dua orang juru kunci lain, namun yang satu sudah meninggal, sedangkan yang
satu lagi bernama Bapak Sugeng Ahmadi.
Candi Sawentar terdiri dari tiga
bagian, yaitu kaki candi, badan candi, dan atap candi. Penggalian dilakukan
pada tahun 1915. Pada saat itu bangunan yang disusun dari batu andesit ini
tidak utuh seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Diatas kepala kala rusak
(krowak), baru pada tahun 1992 – 1993
dilakukan pemugaran oleh pihak situs purbakala dari Mojokerto. Mengenai angka
tahun dan prasasti yang memuat informasi mengenai candi belum ditemukan. Data
yang didapat hanyalah motif bangunan yang bercorak Majapahit dan simbol Kerajaan
Majapahit berupa “Surya Majapahit” yang berada di dalam ruangan. Selain itu,
ada pula yoni yang melambangkan kesuburan Majapahit. Candi yang dulunya difungsikan
sebagai tempat pemujaan ini kini berubah menjadi salah satu wisata sejarah yang
didatangi sekitar 600 sampai 700 orang per bulannya. Dengan cuma-cuma atau
gratis Anda bisa menikmati peninggalan peradaban lama yang mengagumkan. Love yor country, love your history.
0 komentar: